Rabu, 25 Juni 2008

Standar Cetak; Siapakah Yang Beruntung?

Standar cetak kadang menjadi kontroversi bagi sebagian pelaku industri cetak, karena tidak dilihat secara menyeluruh dari aspek industri cetak. Namun yang pasti standard cetak saat ini sudah menjadi tren industri cetak dan kebutuhan bagi para pelaku cetak, terlebih barang cetak sudah menjadi suatu barang komoditi dalam artian diproduksi masal - karena jumlah besar dan dimultiplikasi secara konsisten.

Bagi anda "print buyer" dan percetakan, maka standar cetak baik yang ditetapkan oleh ISO, SNAP, SWOP atau GRACoL patut ditilik dan dijadikan referensi.

Celaan atas standard cetak
Disamping argumen negatif yang mencela bahwa standar cetak akan membuat barang cetak menjadi barang komoditi, atau mengurangi nilai tambah. Ada 2 celaan lainnya yang umum kita dengar.

Pertama, standar cetak membuat kualitas cetak menjadi hal yang tidak penting atau kritis lagi, sebab semua orang atau pihak dapat membuat atau mengkopinya dengan gampang. Kedua, yang pada akhirnya standar cetak menghilangkan aspek unik suatu percetakan terhadap para pesaing lainnya.

Dunia cetak sudah lama bergerak dari seni menjadi industri, dengan kata lain tidaklah relevan lagi mendebat bahwa standar cetak menggiring barang cetak menjadi komoditi.

Standar cetak pada kenyataannya tidak membuat seluruh aspek percetak menjadi standar. Secara praktis standar cetak berfokus pada hal yang pokok atas kualitas, dibuat penetapan standar warna atau tinta, sementara tetap membuka peluang inovasi dalam aspek seperti desain, "linescreen", dan lain sebagainya.

Kenyataan dilapangan andaikan semua percetakan mempunyai kesempatan yang sama untuk mencetak suatu barang cetak yang standar, namun hanya seglintir percetakan - papan atas - saja yang mampu, yaitu mereka yang mumpuni dalam mengontrol keseluruhan proses dan secara konsisten mencetak terus menerus sesuai standar dari waktu ke waktu.

Standar cetak hanya berfokus pada kualitas, suatu perusahaan percetakan dinilai lebih atau unggul dari para pesaing lebih banyak karena pelayanan, kecepatan dan ketepatan menyelesaikan proyek dan seberapa andal memecahkan masalah atau komplain yang muncul.

Tantangan pembeli barang cetak
Jadi kalau sudah tahu bagaimana dinamika industri cetak, siapa takut dengan standar cetak?

Justru para pelaku cetak harus dapat memaksimalkan sisi positif yang diusung oleh standar. Sudah umum pembeli barag cetak tidak bisa mengandalkan satu percetakan saja, bisa karena masalah lokasi, luasnya area penyebaran barang cetakan yang harus disebar, keterbatasan kapasitas suatu percetakan, atau bahkan mengurangi ketergantungan terhadap satu percetakan.

Pembeli barang cetak seperti perusahaan iklan harus memikirkan material cetak dapat selesai saat kampanye promosi suati produk dimulai, karena kalau terjadi keterlambatan maka program iklan menjadi macet dan terganggu. Ujungnya unjuk kerja manager promosi bisa buruk dan karirnya tidak maju. Manajer promosi di Singapura harus mengontrol anggaran biaya promosi, kalau mencetak di Singapura dan harus dikirim ke Indonesia untuk program promosi di Indonesia pastilah tidak efisien.

Keuntungan buat pembeli barang cetak
Ada beberapa hal yang membuat anda para "print buyer" menjadi nyaman dan maksimal dalam bekerja;

(1) Mempunyai pegangan yang konkrit, efektif dan netral dalam proses "file preparation" dan "in-house proofing"; jelas, tidak ada faktor suka dan tidak suka.

(2) Menerima "proof" dari percetakan sesuai dengan yang diinginkan, semua faktor warna misalnya sudah baku; tidak ada lagi faktor kejutan ternyata hasil akhir cetakan berbeda.

(3) Mengurangi proses "proofing" yang sering harus bolak-balik dan mempercepat proses persetujuan naik cetak.

(4) Menselaraskan aspek-aspek yang diinginkan atau diharapkan dengan pihak percetakan. Hal ini layaknya kita naik taxi, saat duduk dalam mobil kita memberi tujuan tempat dan kadang kala juga jalan yang akan dilalui ke sopir taxi, kalau tidak - maka sopir taxi akan mutar-mutar tidak keruan, atau sampai ketujuan namun sudah telat waktu.

Keuntungan buat percetakan
Percetakan pada saat yang bersamaan meraih hal-hal positif yang sama seperti halnya pembeli barang cetak. Berkerja dengan pelanggan yang puas dengan "proof" dan tahu atas apa yang diinginkan pastilah suatu yang menyenangkan, sebab mengurangi rasa was-was dan khawatir bila produk cetaknya ditolak dan tidak dibayar.

Dengan "proof" yang jelas, maka mengurangi biaya "make ready", proses awal cetak diatas mesin cetak dalam upaya mencari warna dan registrasi cetak sesuai dengan "proof".

Kenyataan lapangan, suatu percetakan yang terus menerus dapat secara konsisten mencetak suatu proyek cetakan tepat seperti yang diinginkan pelanggan, pasti akan meraih reputasi industri. Standar cetak dapat membuat proses komunikasi dengan pelanggan menjadi efisien dan efektif, dengan kata lain "kalau ngomong nyambung" maka pasti akan disukai pelanggan dan pasar. Percetakan seperti ini sering disebut sebagai percetakan profesional, tentulah mereka biasanya mempunyai keunggulan bersaing.

Beberapa standar cetak
Ada beberapa standar cetak yang umum ditemui saat ini di industri yang dapat dipecah dalam 3 kategori barang cetak;

1. Newsprint - cetak koran
Ada dua standar yaitu ISO 12647-3 dan SNAP

2. Publication - majalah dan publikasi
Ada dua standar cetak yaitu ISO 12647-2 dan SWOP

3. Commercial - brosur, promosi dll
Ada 2 standar cetak yaitu ISO 12647-2 dan GRACoL.

Tidak ada komentar: