Oleh: Iis Superiadi.Amd.Graf
Yang pertama kali orang banyak tanyakan ketika akan membuka sebuah percetakan adalah berapa biaya dan biaya apa saja yang dibutuhkan untuk mendapatkan harga pokok sebuah order atau cetakan, sebagai insan grafika saya akan sedikit membantu memberikan informasi. Untuk tulisan pertama saya ini bagaimana mengetahui / menghitung biaya sebuah mesin cetak, dan selanjutnya bagaimana menghitung biaya dari mulai persiapan (desain / setting / film / plate), produksi (cetak / varnish / laminating), Finishing (penjilidan / packing dll), hingga kepada menghitung biaya pokok produksi sebuah majalah.
Mesin Mini Offset disini mengacu kepada mesin cetak Toko Gronhi 860 yang mempunyai spesifikasi unit cetak 1 warna dengan ukuran kertas maksimum A3, 297 x 420 mm. Umumnya dengan mesin inilah orang biasanya memulai bisnis percetakan kecuali orang yang bermodal besar bisa memulai dengan mesin buatan Eropa, Jepang dan lainnya.
Investasi Mesin
Total awal investasi alat dan pemasangan adalah Rp.45.000.000,-. Perkiraan umur mesin untuk perhitungan depresiasi adalah 10 tahun. Untuk perhitungan jam produksi dalam satu tahun diambil angka sebesar 1500 jam, dengan kecepatan cetak mesin rata-rata adalah 4000 lembar/jam.
Biaya operasional
Secara garis besar total biaya operasional kurang lebih hampir sama dengan nilai mesin cetak yaitu Rp. 44.467.662,- yang dirici sebagai berikut;
1. Kebutuhan tempat
Diperlukan tempat kurang lebih 4 x 6 meter, bisa juga 3 x 3 m bila dipaksakan, biaya tempat Rp.500.000,-/bulan atau Rp. 6.000.000,- pertahun.
2. Gaji operator cetak
Gaji operator cetak sebesar Rp.1.200.000,- per bulan atau Rp. 14. 400.000,- pertahun , serta gaji staff teknisi kurang lebih 10% dari besar gaji cetak operator atau Rp. 1.440.000,-. Tentunya biaya gaji tergantung dengan pengalaman, tingkat keahlian operator cetak dan daerah dimana investasi berlangsung.
3. Spare-part dan material,
Pemakaian alat dan material diperkirakan Rp.350.000,-/bulan atau Rp. 4.500.000,- pertahun.,-
4. Air dan listrik
Air adalah bagian tidak terpisahkan dari proses cetak offset dimana diperlukan untuk mencampur larutan pembasah. Pemakaian air Rp.75.000,-/bulan atau Rp. 900.000. Pemakaian listrik sebesar 350 watt dengan Rp.500,-/KWH untuk total 1500 jam selama setahun adalah Rp. 262.500,- (0.350 x Rp.500 x 1500 jam).
5. Perawatan mesin
Biaya perawatan dan reparasi diambil angka 2% dari biaya mesin cetak atau Rp. 900.000,- / bulan. Kegiatan perawatan mesin cetak sangat kritis dan diperlukan untuk menjaga mutu kualitas cetak dan keawetan mesin, dimana setiap minggu mesin diganti air pembasahnya dan setiap bulan mesin diperiksa apakah ada bagian aus atau diberi minyak pelumas.
6. Biaya modal
Bunga Modal yang di Investasikan12% dari mesin cetak atau sebesar dari nilai investasi mesin cetak, 12% x ½ x Rp. 45.000.000,- atau $2.700.000,-
7. Biaya tak langsung
Biaya perusahaan tidak langsung, berkaitan dengan resiko produksi sebanyak 10% dari total jumlah biaya ke 6 rinacian diatas, 10% x Rp. 35.302.500 atau sebesar Rp. 3.530.250,-
8. Biaya umum
Biaya umum berkaitan dengan resiko penjualan sebanyak sebanyak 15% dari total jumlah biaya ke 7 rincian diatas, 15% x Rp.38.832.750,- atau sebesar Rp. 5.824.912,-
Tarif mesin per jam
Untuk menghitung biaya tarif mesin per jam, maka total biaya operasional dibagi total jam produktif yaitu 1500 jam, Rp.44.657.662,- /1500 jam atau sama dengan Rp.29.771 per jam. Biaya ini diperlukan bagi anda untuk meninjau atau melihat seberapa efisien mesin cetak atau keunggulan biaya cetak dibanding dengan mesin cetak yang sejenis dalam 1 jam cetak.
Biaya 1 lintasan
Dengan mengambil kecepatan mesin cetak rata-rata sebesar 4000 lembar per jam, maka anda bisa menghitung berapa biaya cetak perlembar untuk setiap naik cetak, formulanya adalah tarif mesin dibagi dengan kecepatan mesin cetak rata-rata, Rp.29.771,-/4000 =Rp.7,4 per naik cetak. (tujuh koma empat rupiah).
Mesin cetak 1 warna dan multiple warna
(Redaksi kertasgrafis.com) Investasi mesin cetak 1 warna dan multiple warna sangat tergantung dari jenis pekerjaan cetak atau order yang akan dibidik oleh investor. Operator mesin cetak 1 warna harus naik cetak 2 kali bila harus menyelesaikan order dengan 2 warna untuk satu sisi, bila cetakannya 2 warna setiap sisi kertas maka harus naik cetak 4 kali, demikian seterusnya bila order yang diterima lebih dari 1 warna untuk setiap sisi. Tentunya banyak pekerjaan cetak yang hanya 1 warna setiap sisi seperti cetakan buku yang umumnya berupa tulisan atau gambar hitam putih.
Semakin banyak naik cetak tentunya waktu, tenaga dan biaya akan semakin besar atau meningkat. Dengan kata lain tingkat produktifitas adan efisiensi akan rendah dibanding dengan mesin cetak dua warna apabila harus mencetak order 2 warna setiap sisi, diasumsikan dengan kecepatan cetak yang sama. Secara teori ada jumlah minimum cetakan dimana mesin cetak 1 warna dan 2 warna mempunyai biaya cetak yang sama, dikarenakan nilai investasi mesin cetak lebih mahal dibanding dengan mesin cetak 1 warna.
*) Penulis adalah Alumni SMT Grafika Desa Putera dan Alumni Akademi Teknologi Grafika Trisakti Jakarta, tempat berkaryanya saat ini di Divisi Pemasaran PT.Perkasa Utama Jaya. 021-93008382 / 0816820608 atau Email : pais_msngrafika@telkom.net
Catatan : Data di atas hanya contoh, data yang sebenarnya dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah tempat anda membuka percetakan. Untuk Keterangan lebih lanjut silahkan menghubungi penulis.
Selasa, 30 Oktober 2007
Perhitungan Investasi Mesin Mini Offset
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar